YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 05 Februari 2012

sketika


 kereta gantung
media : water colour on paper
size : A4
 Pantai ancol
media : water colour on paper
size : A4


sebatang tapi damai
media : water colour on paper
size : A4
 
 sewa tiker
media : water colour on paper
size : A4

ceritaacaucu


Saya tidak terlalu ingat apa yang saya rasakan dan fikirkan ketika  waktu pertama kali saya dilahirkan dunia ini, kalau menangis pasti iya, tetapi saya benar-benar lupa bagaimana perasaan dan fikiran anak baru lahir? Padahal saya pernah bayi.. aneh memang kedengarannya tetapi kenyataannya seperti itu. Memori saya baru terbuka mungkin sekitar umur saya sudah tiga atau empat tahun, pada saat itu Indonesia sedang gencar-gencarnya musik  dangdut sekitar tahun ’97. Distasiun TV Nusantara  sering di ramaikan oleh program musik dangdut. Dimana-mana sering sekali ditemukan tempat yang sedang memutarkan lagu dangdut. Mungkin ini adalah efek dari wabah musik India yang sekilas mirip nadanya  dengan lagu dangdut yang pada saat itu juga sedang marak.
                                   Anak kecil lebih cenderung mengikuti  perilaku orang yang lebih tua darinya, tahap ini disebut imitasi dalam ilmu sosiologi, nah pada saat itulah dengan refleknya saya meniru tarian-tarian dan nyanyian yang sering diputarkan di TV, tanpa saya ketahui  orang disekitar saya ternyata  memperhatikan saya yang sedang asyik bergoyang sambil bernyanyi-nyanyi kecil di depan televisi bak seorang diva dangdut papan atas. Setelah acaranya habis tiba-tiba saya mendengar suara tepuk tangan disekeliling saya, mereka langsung menghampiri saya dan mencubit-cubit dengan gemas pipi saya yang pada saat itu masih gembil. Arghhhhh…tidak! saya tidak suka ini! Sungguh pada saat itu saya merasa kesal apabila ada yang mencubit pipi saya, gemas sih gemas tapi jangan sampe merah juga kaleee.. tapi apa yang bisa saya perbuat saya paling hanya bisa menangis dan kabur dari kerumunan.
                                   Semenjak keluarga saya tahu saya lumayan mahir berjoged, saya sempat dipertontonkan oleh teman-teman dan tetangga dari ibu atau tante saya, dan alhasil mereka terhibur dengan performance saya, setelah itu saya diberi uang jajan.. yeyeyeye, tapi tetap saja saya dicubit-cubit, huff ~,~. Tak habis diperbincangkan dan dijjuluki sebagai ‘si tukang joged’ saya juga sempat dibilang mirip Cikita Meidi yang pada saat itu sedang naik daun, lagu-lagunya juga sering diputarkan di radio, televisi, atau pusat perbelanjaan yang biasa lebih dikenal dengan ‘mall’.
Setiap saya ingin jajan di warung dekat rumah, di tengah jalan pasti di tegur oleh tetangga sekitar
 “hei Cikita Meidi, mau kemana? Aduh-aduh lucu banget sih..”
ketika mereka mulai mendekat dan saya tahu tujuan mereka pasti ingin mencubit pipi saya, pada saat itu juga saya langsung kabuuuurrr…! tanpa pikir panjang. Saya cukup gerah dengan semua ini, jarang ada orang yang memandang saya sebagai diri saya, mereka mungkin tidak terlalu ingat nama saya, yang mereka tahu hanya ‘si tukang joged’ dan Cikita Medi yang melekat pada diri saya. Buat orang-orang yang pernah memanggi saya dengan sebutan artis itu, please call me Jamilah now!

Basketball.pngBasketball.pngBasketball.png