Saya tidak
terlalu ingat apa yang saya rasakan dan fikirkan ketika waktu pertama kali saya dilahirkan dunia ini,
kalau menangis pasti iya, tetapi saya benar-benar lupa bagaimana perasaan dan
fikiran anak baru lahir? Padahal saya pernah bayi.. aneh memang kedengarannya
tetapi kenyataannya seperti itu. Memori saya baru terbuka mungkin sekitar umur
saya sudah tiga atau empat tahun, pada saat itu Indonesia sedang
gencar-gencarnya musik dangdut sekitar
tahun ’97. Distasiun TV Nusantara sering
di ramaikan oleh program musik dangdut. Dimana-mana sering sekali ditemukan
tempat yang sedang memutarkan lagu dangdut. Mungkin ini adalah efek dari wabah
musik India yang sekilas mirip nadanya
dengan lagu dangdut yang pada saat itu juga sedang marak.
Anak kecil
lebih cenderung mengikuti perilaku orang
yang lebih tua darinya, tahap ini disebut imitasi dalam ilmu sosiologi, nah
pada saat itulah dengan refleknya saya meniru tarian-tarian dan nyanyian yang
sering diputarkan di TV, tanpa saya ketahui
orang disekitar saya ternyata memperhatikan
saya yang sedang asyik bergoyang sambil bernyanyi-nyanyi kecil di depan
televisi bak seorang diva dangdut papan atas. Setelah acaranya habis tiba-tiba
saya mendengar suara tepuk tangan disekeliling saya, mereka langsung
menghampiri saya dan mencubit-cubit dengan gemas pipi saya yang pada saat itu
masih gembil. Arghhhhh…tidak! saya tidak suka ini! Sungguh pada saat itu saya
merasa kesal apabila ada yang mencubit pipi saya, gemas sih gemas tapi jangan sampe merah juga kaleee.. tapi apa
yang bisa saya perbuat saya paling hanya bisa menangis dan kabur dari
kerumunan.
Semenjak
keluarga saya tahu saya lumayan mahir berjoged, saya sempat dipertontonkan oleh
teman-teman dan tetangga dari ibu atau tante saya, dan alhasil mereka terhibur
dengan performance saya, setelah itu
saya diberi uang jajan.. yeyeyeye, tapi tetap saja saya dicubit-cubit, huff
~,~. Tak habis diperbincangkan dan dijjuluki sebagai ‘si tukang joged’ saya
juga sempat dibilang mirip Cikita Meidi yang pada saat itu sedang naik daun,
lagu-lagunya juga sering diputarkan di radio, televisi, atau pusat perbelanjaan
yang biasa lebih dikenal dengan ‘mall’.
Setiap
saya ingin jajan di warung dekat rumah, di tengah jalan pasti di tegur oleh
tetangga sekitar
“hei Cikita Meidi, mau kemana? Aduh-aduh lucu
banget sih..”
ketika
mereka mulai mendekat dan saya tahu tujuan mereka pasti ingin mencubit pipi
saya, pada saat itu juga saya langsung kabuuuurrr…! tanpa pikir panjang. Saya
cukup gerah dengan semua ini, jarang ada orang yang memandang saya sebagai diri
saya, mereka mungkin tidak terlalu ingat nama saya, yang mereka tahu hanya ‘si
tukang joged’ dan Cikita Medi yang melekat pada diri saya. Buat orang-orang
yang pernah memanggi saya dengan sebutan artis itu, please call me Jamilah now!